Pluralismenya Bapak Pluralisme: Mengenal Nilai-Nilai Pluralisme yang Diajarkan Gus Dur
Kediri, gradasigo- Pluralisme berasal dari dua kata, yaitu plural dan isme. Plural berarti beragam, sedangkan isme berarti paham. Paham pluralisme yang diketahui oleh banyak orang adalah paham yang menghargai perbedaan dalam suatu masyarakat dan memperbolehkan kelompok itu untuk menjaga keunikan tersebut.
Dilansir dari detik.com Indonesia memiliki tokoh yang sangat ikonik mengenai pluralisme, yaitu presiden ke-4 Indonesia. Beliau adalah K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab dengan panggilan Gus Dur. Gus Dur dikenal sebagai Bapak Pluralisme di Indonesia.
Sikap Gus Dur mengenai perbedaan menjadikan pluralisme sangat berarti di mata masyarakat. Sikapnya yang terbuka terhadap perbedaan sering menyebabkan timbulnya kontroversi dan tantangan.
Bahkan, tantangan tersebut tidak hanya dari orang-orang yang bertentangan dengan Gus Dur, melainkan dari pendukungnya pun ada yang menentang. Akan tetapi, Gus Dur tetaplah Gus Dur. Dengan kalimatnya yang khas, “gitu aja kok repot”, Gus Dur tetap berpegang teguh dengan keyakinannya untuk senantiasa menghormati perbedaan.
Mengutip dari akun youtube Islam Populer, yang dalam videonya menjelaskan terkait nilai-nilai pluralisme yang dibawakan oleh Gus Dur, bagi beliau pluralisme memiliki beberapa nilai yang dapat diambil hikmahnya, di antaranya seperti berikut.
Toleransi
Toleransi beragama yang diajarkan oleh beliau sangatlah banyak. Salah satunya adalah beliau pernah mencabut peraturan larangan yang melarang adat Tionghoa selama orde baru. Umat Konghucu merasa terpasung akan peraturan tersebut. Oleh karena itu, untuk menampilkan toleransi beragama, Gus Dur mencabut peraturan tersebut.
Ketauhidan
Beliau mengungkapkan bahwa ketauhidan bersumber dari Allah SWT. Dengan adanya ketauhidan akan muncul kesadaran, bahwa Allah merupakan sumber rahmat di seluruh alam jagat raya ini. Dengan ketuhidan itu, beliau menunjukkan sifat humanisme (kemanusiaan) dan saling menghormati antarumat beragama.
Kebangsaan
Di dalam video dituturkan bahwa beliau memiliki visi kebangsaan, yaitu “Tidak ada ajaran Islam yang harus menegakkan negara Islam”, yang ada, beliau senantiasa mengajarkan “Islam berwatak kultural”. Namun, gagasan ini banyak penolakan dari banyak pihak. Visi kebangsaan ini pun dapat dilihat dari gagasanya yang begitu terkenal, yaitu “pribumisasi Islam”.
Sebenarnya, ulama indonesia ingin menampilkan Islam yang khas Indonesia. Dalam suatu kesempatan, Gus Dur berjasa dengan menampilkan ciri khas Islam di Indonesia sebagai tindakan pribumisasi Islam.
Kemanusiaan
Memuliakan manusia merupakan wujud dari memuliakan Sang Pencipta. Begitupun sebaliknya, jika ada manusia yang merendahkan manusia, sama halnya dengan merendahkan Sang Pencipta. Jadi, pemikiran yang disampaikan Gus Dur adalah bahwa beliau menekankan pentingnya memanusiakan manusia.
Keadilan
Keadilan yang dibawakan oleh Gus Dur ialah martabat kemanusiaan harus ada kelayakan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Prsiden Inodnesia yang ke-4, saat itu Gus Dur menerapkan Pancasila sila ke-5, yaitu senantiasa berfikir untuk selalu menegakkan keadilan yang ada di Indonesia.
Persaudaraan
Nilai ini bersumber pada prinsip-prinsip menghargai kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, serta semangat untuk melakukan kebaikan. Persaudaraan menjadi dasar dalam memajukan peradaban. Dalam hal ini Gus Dur memberikan teladan dengan menjunjung tinggi persaudaraan dalam bermasyarakat meskipun berbeda keyakinan.
Kekesatriaan
Prinsip ini bersumber dari sifat keberanian. Yang dimaksud dengan berani ialah berani dalam memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini untuk memperoleh tujuan. Kekesatriaan yang ditampilkan oleh Gus Dur ialah selalu mengedepankan kesabaran dan keikhlasan dalam menggapai proses yang ingin dicapai. Berani mengambil tindakan dengan mengedepankan kesabaran dan keikhlasan merupakan sikap kekesatriaan yang diajarkan oleh Gus Dur.
Kearifan Lokal
Nilai-nilai tradisi yang dilakukan oleh masyarakat lokal akan melahirkan kearifan lokal. Kearifan lokal ini dapat terwujud dari Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Gus Dur menjadikan sumber dasar sosial, politik, dan ekonomi dalam menegakkan kemanusiaan. Selain itu, keadilan dan kesetaraan tanpa menghilangkan keterbukaan serta sikap kehilangan progresif dalam perkembangan zaman.
Dengan mengambil nilai-nilai pluralisme yang telah disebutkan, kita seharusnya sebagai umat muslim yang juga berwarga negara Indonesia, menjunjung tinggi saling menghargai umat beragama. Di mata Gus Dur, pluralisme merupakan sebuah pandangan yang menghargai adanya keberagaman identitas.
Pluralisme bukanlah ide yang ingin menyamaratakan semua agama, seperti yang dituduhkan selama ini. Karena, agama memiliki keberagaman dan keunikan masing-masing. Seperti yang Gus Dur tuturkan dalam vidio pada akun youtube yang sama, “Tidak seharusnya pluralisme menjadi sumber konflik. Justru seharusnya menjadi ide untuk memahami anugerah Tuhan, agar terciptanya toleransi dan kemanusiaan”.
Gusdur menggambarkan pluralisme seperti rumah besar yang memiliki banyak kamar. Setiap orang memiliki hak untuk menjaga dan merawat kamar masing-masing. Akan tetapi, saat berada di ruang tamu, semuanya harus turut andil dalam menyelesaikan kemaslahatan rumah. Selaiin itu, juga berkewajiban merawat rumah besar tersebut bersama-sama jika ada yang mengusiknya dari luar.
Penghuni rumah harus bekerja sama untuk menjaga rumah tersebut. Pada gambaran tersebut rumah digambarkan sebagai negara Indonesia. Kemudian, masing-masing kamar merupakan agama, suku, dan ras.
Selain itu, terdapat kisah Gus Dur mengenai sikap pluralisme yang ditunjukkan oleh beliau. Dalam podcast Leonardo atau biasa dipanggil onad dengan Mamat Alkatiri di akun youtube The Leonardo’s.
Mamat menceritakan Pada masa kepemimpinan beliau sebagai Presiden, terdapat konflik di Papua yang menginginkan mengibarkan benderanya sendiri. Dalam sudut pandang masyarakat, Papua tidak bersikap Nasionalis dan tidak menghargai Indonesia sebagai negara.
Namun, Gus Dur memberikan jalan tengah dengan mengatakan. “ya sudah, gak papa mengibarkan bendera sendiri. Tapi, jangan sampai bendera kalian lebih tinggi dari bendera merah putih ya”. Hanya dengan mengucapkan hal tersebut papua merasa dihargai. Dan tidak ada konflik yang berkelanjutan.
Pluralisme sebenarnya tidak hanya tentang agama. Menghormati adanya sedikit perbedaanpun sudah dianggap mengamalkan pluralisme. Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus menghargai adanya perbedaan antara Agama, Ras, Suku, dan bahasa. Saling menjaga dan tidak membeda-bedakan juga merupakan sifat pluralisme yang dapat memajukan peradaban.
Tags: #Pluralisme #gusdur #toleransiberagama #Tokoh #sosok #NKRI