Momentum Reformasi Kementerian Ekonomi dan Uji Kelayakan Multiplier Effect Nasional
Redenominasi bukan sekadar penyederhanaan tiga angka nol. Ia adalah stress test terhadap kesiapan pemerintah—khususnya kementerian ekonomi—untuk menjalankan reformasi struktural yang selama ini sering tertunda. Jika dilihat dari perspektif kebijakan publik, redenominasi adalah momentum reformasi: sebuah titik balik yang memaksa sistem transaksi, sistem akuntansi negara, dan perilaku pasar untuk bergerak ke arah yang lebih efisien dan modern.
Pertanyaannya kemudian:
Apakah redenominasi benar-benar mampu menghasilkan multiplier effect yang mempercepat efisiensi, kepercayaan, dan kinerja ekonomi nasional?
Jawabannya bergantung pada tiga variabel kritis: eksekusi, komunikasi, dan koordinasi lembaga.
1. Multiplier Effect pada Efisiensi: Terjadi atau Tidak?
Efek pertama dan paling kasat mata dari redenominasi adalah penurunan biaya transaksi.
Harga lebih pendek ? input kasir lebih cepat ? kesalahan lebih sedikit ? rantai transaksi bergerak lebih lancar.
Di sektor perbankan dan sistem pembayaran, penyederhanaan nominal mempercepat proses migrasi data dan penyesuaian sistem. Dalam ekonomi dengan jutaan transaksi harian, penghematan detik demi detik akan berubah menjadi keuntungan produktivitas dalam skala nasional.
Dengan kata lain, multiplier pertama: efisiensi mikro yang menumpuk menjadi produktivitas makro.
2. Multiplier Effect pada Kepercayaan: Sinyal Reformasi atau Sumber Kebingungan?
Setiap kebijakan besar menyampaikan sinyal.
Redenominasi memberi dua kemungkinan sinyal sekaligus:
-
Sinyal positif: Indonesia siap menata ulang sistem transaksinya, menunjukkan ekonomi stabil dan pemerintah percaya diri. Ini menurunkan persepsi risiko dan meningkatkan kepercayaan investor.
-
Sinyal negatif (jika tidak komunikatif): publik bisa salah paham bahwa redenominasi = devaluasi ? memicu keresahan.
Karena itu, kepercayaan menjadi multiplier kedua.
Jika pemerintah mengelola narasi secara konsisten, redenominasi dapat menjadi penguat kredibilitas yang memperbaiki ekspektasi inflasi dan persepsi stabilitas fiskal.
3. Multiplier Effect pada Kinerja Ekonomi Nasional
Pertanyaan utamanya:
Apakah redenominasi sendiri akan mendongkrak PDB?
Secara langsung: tidak.
Namun secara struktural: ya, jika efek turunan dibiarkan bekerja.
Redenominasi menciptakan beberapa jalur peningkatan kinerja ekonomi:
-
Modernisasi administrasi keuangan (perpajakan lebih akurat, akuntansi pemerintah lebih rapi).
-
Peningkatan transparansi harga, yang memperkuat kompetisi pasar.
-
Digitalisasi sistem pembayaran yang lebih cepat, konsisten, dan efisien.
-
Penurunan friksi ekonomi, yang mendorong peningkatan volume transaksi tanpa menambah biaya.
Dalam bahasa kebijakan:
Redenominasi adalah katalis. Bukan penggerak utama, tetapi pendorong percepatan yang memperbaiki fondasi ekonomi.
Jika kementerian ekonomi mampu mengaitkan redenominasi dengan reformasi lain—digitalisasi fiskus, penyederhanaan regulasi, integrasi data transaksi nasional—maka multiplier effect-nya akan berlipat ganda.
KESIMPULAN: Momentum Reformasi yang Harus Diperjuangkan
Redenominasi bukan operasi kosmetik. Ia adalah tes kepemimpinan kebijakan ekonomi dan sekaligus ruang akselerasi reformasi.
Jika eksekusi pemerintah rapi, transparan, dan tidak membuka celah pembulatan liar, maka jawabannya jelas:
Ya—redenominasi akan menjadi multiplier effect yang mempercepat efisiensi, meningkatkan kepercayaan, dan memperkuat kinerja ekonomi nasional.
Tetapi jika eksekusi lemah dan komunikasi tidak tegas, momentum reformasi ini justru bisa terlewat.
Ada 0 komentar untuk artikel ini